…,

Posted: September 22, 2010 in Uncategorized

ini kali pertama,sejak sekian lama,aku akan bertemu lagi dengannya.lelaki,yang bertahun lalu pernah menjadi yang kucinta dan padanya kutanamkan berjuta harap.

sore ini mendung,tapi hujan tak kunjung turun.berjam-jam yang lalu,aku sibuk meyakinkan diriku sendiri.benarkah aku akan menemuinya,dan apakah benar jika aku memutuskan untuk bertemu denganny?!antara ingin dan tidak,antara merasa harus dan tidak.entahlah,mungkin perasaan yang sama seperti dulu,ketika kita bertemu untuk yang pertama kali.sebenarnya lebih tepat disebut pertemuan kedua,tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai pertemuan pertama yang disengaja.

itu dia.aku tak akan pernah lupa wajah itu,sorot mata itu.meski kini dia bukan lagi pemuda tanggung bercelana jeans belel dengan tindik di telinga kirinya,dan mungkin juga bukan pemuda yang padanya bisa kutitipkan cinta.

~~~

aku tak sengaja menemukan namanya pada artikel sebuah majalah yang kubeli iseng-iseng saja,saat terjebak macet dalam perjalanan dinas.aku hanya bisa tersenyum,rasa ini mendadak tak terejawantah lagi.seakan ingin menertawai betapa rapinya Tuhan mengatur semua ini,menyelipkan esensi pada kejadian kecil yang nyaris tak bereksistensi.

malamnya aku tak bisa tidur,kubaca lagi dan lagi artikel itu.menarik memang,tetapi tak ada yang lebih menarik saat ini selain alamat email yang tertera di bawah namanya.dan entah bagaimana,aku menemui diriku yang bergejolak saat mengetik pesan elektronik untuknya,sebuah ajakan untuk bertemu.dan entah aku harus tertawa atau apa saat dia membalas pesanku dengan satu kata ‘ya’ saja keesokan harinya.

itu dia.berjalan perlahan ke arahku dengan seuntai senyum,senyum yang sama seperti dulu,senyum satire yang membuatku nyaris gila.bukan karena senyum itu membuat dia tampak manis,tapi justru karena senyum itu selalu membuatku bertanya-tanya apakah dia bahagia bersamaku.dan setelah sekian lama,dia masih tersenyum dengan cara yang sama.

~~~

‘hai..apa kabar?’ (sial,kemana semua kosakata,semua tanda baca,semua majas saat aku benar membutuhkanny?!)
‘…’ (aku kehilangan kata-kata, lihat apa yang telah kau perbuat padaku,wanita)
‘…’ (ah,kamu pasti tahu aku hanya basa basi saja.dan kamu masih ingat cara menyiksaku yaitu dengan diammu.tolong,hentikan,bicaralah.katakan apa saja,ceritakan tentang istrimu atau anakmu,atau apa saja.sepertinya itu lebih baik)

pelayan datang membawakan menu.

‘pesan apa?’ (akhirnya aku punya alasan untuk tidak melamun)
‘..cappucinno,dingin’ (terimakasih,pelayan..kau selamatkan aku.tapi aku sedikit ragu,aku tak benar-benar membaca daftar menunya)
‘still waiting for your hero?’ (senandung itu lagi?ataukah itu isyaratmu?)
‘..maaf?’ (apa maksudnya?)
‘oh,hanya bercanda.ehm..pertemuan ini tidak mengganggu kesibukanmu bukan?’ (dia tersinggung.bodoh,aku malah mengacau)
‘kalau memang sibuk,aku tak mungkin ada di tempat ini’ (pertanyaan macam apa itu?)
‘maaf,aku tak datang di acara pernikahanmu..tak ada yang memberi tahu’ (tolong,jangan katakan kau mencintai suamimu)
‘…??ya,tentu saja’ wanita menjulurkan kedua tangannya,tak ada cincin melingkar di sana. (lihat,lihat,kalau kau tahu telah membuatku menjadi bodoh)
‘…’ (kamu melajang?kukira kau telah hidup berbahagia dengan seorang pria yang memberimu anak-anak yang lucu)
‘kamu tak benar-benar mencariku,dont you?’ (aku sedikit kecewa,kau tahu?)
‘kenapa begitu?’
‘…’ wanita memandang keluar jendela,sengaja memalingkan muka. (pikir saja sendiri..)
‘…’ (hei,apa itu?tattoo di leher kirimu?butterfly?bukankah kau membenci serangga cantik itu?) ‘tattoomu bagus’
‘ah..’ wanita meraba leher kirinya.
‘kenapa kupu-kupu?’
‘..pada suatu hari kuputuskan untuk mencoba mencintai yang aku benci,dan..’
‘dan membenci apa yang kau cintai?’ (kenapa kau pergi pada suatu hari,menghilang begitu saja?)
‘aku tidak mengatakan begitu…sudahlah,katakan saja apa maumu,kita selesaikan,dan aku pergi.deal?’ (mendadak tak bisa lagi membendung semua,aku jadi sentimental lagi)
‘pergi?lagi?’ (kenapa kau selalu mengatakan ingin pergi?jika saja aku bisa,akan kuhapus kata ‘pergi’ dari kosakata yang kau punya)
‘…’
‘…hmm,baiklah..aku mengajakmu bertemu karena aku ingin menceritakan ini kepadamu’
‘cerita?’
‘dengarkan saja sampai aku selesai bercerita’
‘tapi kenapa..?apakah ceritamu ada hubungannya denganku?’
‘coba dengarkan saja ceritaku.kau simpulkan saja nanti.tapi setelah aku selesai bercerita,kuharap kau mau menjawab pertanyaanku.satu pertanyaan saja’
‘ya’
‘lihatlah ke luar’
‘..??’
‘senja’
‘..??’
‘kota ini sudah kehilangan senja selama bertahun-tahun.tepatnya pada hari kau menghilang,meninggalkan kota ini entah kemana..’
‘hentikan cerita konyolmu,tidak lucu sama sekali’ (lelucon macam apa ini?)
‘kau janji akan mendengarkan..,karena senja menghilang,orang-orang serupa makhluk-makhluk apatis.anak-anak mendekam di rumah,menyetel televisi dengan chanel yang itu-itu saja.direktur membenamkan diri dalam blackberry dan menekan tuts yang sama sepanjang hari.mahasiswa berorasi,menyerukan hal yang hanya diulang-ulang.guru mengajar dengan cara lama meski kurikulum terus diperbaharui.pengemis mengadahkan tangan dengan cara begitu-begitu saja..ya,itulah yang ingin kuceritakan padamu’
‘lalu?’
‘simpulkan sendiri.bukannya ending macam itu yang kau sukai?’
‘maksudku,lalu apa yang kau harapkan dari cerita bohongmu itu?’
‘aku tidak berbohong,aku tidak menceritakan kebohongan’
‘konyol..mungkin lebih baik kita tidak bertemu hari ini’ wanita bergegas bersiap pergi.
‘tunggu..,aku mengaku.aku berbohong’
‘lalu untuk apa ini semua’
‘dengar..aku berbohong tentang orang-orang tadi.tapi aku tidak berbohong tentang senja yang hilang’
‘sore ini ada senja,begitu juga kemarin,dan besok!’
‘tadi saat kau datang mendung,bukan?tapi bukan itu intinya.senja memang hilang,bagiku..sejak kau pergi,dan kukira takkan kembali’
‘…’
‘aku lalu menyibukkan diriku,dengan pekerjaan,dengan rutinitas.aku tak bisa lagi teriak,menyanyi,menari..’
‘…’
‘mungkin kau ingat quantum?sederhananya begini..dalam waktu 24 jam waktu yang kumiliki,aku bangun lalu mandi lalu sarapan lalu berangkat bekerja,dan seterusnya.dan 24 jam berikutnya aku mengulangi quantum itu lagi.aku tak bisa seenak hati mengubah urutan menjadi bangun tidur lalu berangkat bekerja lalu membaca koran’
‘…’
‘yah..,mungkin juga tidak seekstrem itu.aku hanya mencoba menggambarkan keadaanku’
‘…’
‘begitulah ceritaku.sekarang aku hanya ingin kau menjawab satu pertanyaan saja.dan setelah itu kau boleh pergi.tentu saja,tak ada yang akan berubah’
‘…’
‘kenapa kau tinggalkan aku waktu itu?’
‘…sebentar..,aku hanya berjanji untuk mendengar ceritamu.aku tak pernah berjanji untuk menjawab pertanyaanmu’
‘…hmm,ya,kau benar’
‘tapi,bolehkah aku memberi satu pernyataan?’
‘tentu saja’
‘aku…ingin mengeja senja lagi bersamamu,seperti dulu…’

jemari itu saling mencari,tidak lagi di dalam gelap.

-end-

Leave a comment