Dekat dengan Kematian

Posted: November 18, 2010 in Uncategorized

Tengah malam itu bergulir dalam debar-debar gemuruh Merapi…
Aku diam saja, menikmati khidmatnya berada dekat dengan kematian
Ya..kematian, meski hanya dalam buaian media yang berlomba hiperbola

Wajah-wajah mereka, kawan-kawanku, pucat pasi
Mengeja berita demi berita yang mereka simpan rapat-rapat dalam hati
Sudahlah..,aku tak ingin terlibat dalam perspektif mengerikan mereka
Lebih baik melanjutkan tidur, mengistirahatkan penat di kepala yang dijubeli segala yang tak pasti

Akhirnya pagi…
Benar, tak ada apa-apa, semua dalam kendali
Tetapi media terus saja memojokkan hati yang ciut untuk meninggalkan kota ini
Satu persatu bayang-bayang meninggalkan rumah berpintu 41
Dan aku masih bertahan melewati hari yang terasa sunyi dan berjalan sangat lambat

Dalam sepi ini aku menyadari
Kesepian adalah pembunuh nomor satu
Ia menyiksamu perlahan-lahan, mengingatkanmu pada segala hal yang tak ingin kau ingat, membuatmu begitu peka pada tetes air kran yang bocor, pada aroma belerang yang bermain di kesiat-kesiut angin…
Pertahananku runtuh juga, pada akhirnya
Hanya bisa mencoba melewati malam ini sebaik malam-malam biasanya, menanti pagi….

Bersiap meninggalkan tempat ini, dan terus saja berfikir bagaimana jadinya dengan semua yang harus aku tinggalkan…
Bantal dan guling untukku tidur setiap malam,
2 rak penuh buku yang aku baca dan puja,
cermin, dan segala pernik kecil di meja riasku,….
Ah, rupanya aku sudah tertular melankolia
Bukankah di sini zona aman, aman sekali bahkan?!
Tapi di sini, pagi saat akan bergegas pergi, aku jadi mengerti mengapa begitu sulitnya mengevakuasi penduduk lereng Merapi…
Yah..,manusia adalah makhluk ingatan
Hidupnya tersusun dari keping-kepingan memori
Kehilangan memori atas rumah dan desa yang mereka diami selama berpuluh-puluh tahun hidupnya, bukankah itu berarti kehilangan hidupnya?!

Leave a comment